Hari ini Jeon Wonwoo kesiangan akibat semalaman begadang. Ia
begadang bukan tanpa alasan, tapi karena ia mengerjakan tugas yang harus
dikumpulkan hari ini.
Bangun kesiangan adalah sesuatu hal yang sangat buruk bagi
Jeon Wonwoo—mungkin bagi orang lalin juga. Karena ketika dia bangun kesiangan,
konsentrasinya akan pecah dan banyak hal yang seharusnya dilakukan—seperti
sarapan misalnya—terpaksa tidak dilakukan karena ia harus mengejar waktu.
Tapi Jeon Wonwoo masih bersyukur. Setidaknya, ia kesiangan.
Kesiangan lebih baik daripada tidak bangun sama sekali. Kerja kerasnya semalam
akan sia-sia jika ia bangun setelah jam kuliah berakhir. Bersyukurlah Jeon
Wonwoo punya kakak yang harus bangun pagi karena bekerja. Sehingga kecil
kemungkinan dia tidak mengikuti kuliah karena ketiduran.
Wonwoo mengemas tugas-tugasnya yang ia kerjakan tadi malam,
tak lupa juga dengan buku catatan dan alat tulis. Kini tinggal memakai
kacamata, lalu mengenakan sepatu.
Tapi kau tahu, ketika bangun kesiangan, akan banyak hal yang
tidak sesuai akan terjadi. Yah, itu semua karena konsentrasimu sudah pecah
karena terlalu gugup. Sehingga menghasilkan banyak masalah baru seperti yang
dialami oleh Jeon Wonwoo saat ini. Lelaki itu tidak menemukan kacamatanya di
tempat biasanya.
Ia akhirnya dengan sangat terpaksa—membuang waktu—untuk
mencari kacamatanya. Sungguh, kadang ia benci terhadap dirinya sendiri yang
harus bergantung pada benda itu. Ya tapi mau bagaimana lagi. Matanya yang minus
itu mengharuskan dirinya untuk mengenakan kacamata.
“Wonwoo, kenapa kau belum juga berangkat? Katanya masuk
pagi?” tanya Seulgi—kakak Wonwoo—dari bibir pintu.
Wonwoo yang sedang melongok ke bawah tempat tidur, kini
menoleh ke arah Seulgi. “Aku sedang mencari kacamata.”
“Hah?”
Wonwoo berdiri. “Aku sedang mencari kacamata, Kak.”
Mendengar jawaban dari Wonwoo, perempuan itu justru tertawa
terbahak-bahak.
“Kau ini, bukannya membantu malah tertawa,” ucap Wonwoo ketus.
“Kau sudah menemukannya, Wonwoo. Tidak perlu mencari lagi.”
Seulgi masih di sela-sela tawanya.
Yang diajak bicara tidak paham, lelaki itu menautkan
dahinya, “Maksudmu?”
Seulgi berjalan mendekati Wonwoo. Perempuan itu mengambil
sesuatu yang sejak tadi bertengger di atas kepala adiknya—entah sejak kapan.
“Nih, kau mencari ini, kan?”
Fin
0 komentar:
Post a Comment