Sudah dua puluh lima menit gadis berambut panjang itu memandang cermin. Ia merasa bahwa wajahnya berubah. Tapi, ia tidak menemukan sebuah perubahan. Alisnya masih sama tipisnya seperti kemarin. Hidungnya masih sama runcingnya seperti kemarin. Bibirnya masih sama merahnya seperti kemarin. Sungguh, tidak ada yang berubah. Tapi tetap saja, gadis itu merasa bahwa ada yang berubah dari wajahnya. Entah apa itu.
***
Ini adalah kencan pertamanya dengan seseorang yang sudah ia kagumi sejak dulu. Kim Mingyu. Seseorang yang selama empat tahun mengisi relung hatinya. Sungguh, ia tidak menyangka jika seseorang yang ia kagumi sejak lama mengajaknya pergi. Tidak pernah secuil pun gadis itu berpikir demikian.
Memang sih, selama sebulan belakangan ini mereka jadi dekat. Yah, ini semua berkat Chaeyeon yang mengenalkan Jieqiong pada Mingyu.
“Oppa!” Panggil gadis itu ketika melihat seorang pemuda yang selama ini berlari-lari dalam pikirannya. Pemuda yang duduk di sudut kafe itu, langsung memandang ke arahnya. Mingyu menarik ujung-ujung bibirnya, membentuk sebuah lengkungan.
Gadis berambut panjang itu langsung menghampiri dan duduk di hadapan Mingyu.
“Kau mau pesan apa?”
“Emm, sama denganmu,” jawab Jieqiong yang sedang berusaha mati-matian mengendalikan sikap salah tingkahnya.
Mingyu mengangguk. Ia kemudian mengangkat tangan kanannya untuk memanggil seorang pelayan.
Kenapa jika dilihat dari dekat begini Mingyu semakin tampan?
***
Tadi sudah makan bersama. Sekarang, Jieqiong dan Mingyu berada dalam satu mobil. Pemuda berambut hitam itu mengantar Jiqeong pulang. Sungguh, gadis itu benar-benar tidak pernah membayangkan kejadian ini akan terjadi. Ia masih tidak bisa percaya jika semua ini benar-benar terjadi. Makan bersama Mingyu? Lalu sekarang apa? Diantar pulang?
Benar-benar sesuatu di luar dugaan. Atau jangan-jangan sekarang Jieqiong sedang bermimpi?
“Jieqiong?”
Gadis itu menoleh. Iris matanya memandang Mingyu yang sedang fokus menyetir. Dilihat dari jarak dekat, ketampanan Mingyu semakin bertambah. Terlebih lagi, ditambah wajah seriusnya yang sedang menyetir.
Aliran darah yang sejak tadi sudah normal, kini bertambah cepat, “Maaf.” Kini pandangan gadis itu mengarah ke depan. Memandangi jalanan yang belum sepi meski jarum pendek sudah menunjuk pada angka sebelas.
Entah kenapa, kepala gadis itu tiba-tiba pusing. Ia memegangi kepalanya. Lalu merintih kesakitan. Lirih. Berusaha agar Mingyu tidak mendengar rintihannya. Tapi percuma saja, jarak mereka terlalu dekat.
“Kau tidak apa-apa?”
Gadis itu menggeleng lemah, “Tidak apa-apa.”
“Tunggu sebentar, sebentar lagi kita akan sampai.”
Gadis yang setahun lebih muda dari Mingyu itu mengangguk lemah.
***
Mingyu membuka pintu mobil. Ia hendak mengangkat gadis yang duduk di samping kursi kemudi itu ke dalam rumahnya. Jieqiong sudah lemas, wajahnya benar-benar pucat. Padahal saat berangkat tadi, gadis itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia sedang sakit.
“Oppa, aku sangat menyukaimu. Bila kau meninggal nanti, bolehkah aku memenggal kepalamu dan menyimpannya di toples kaca agar aku bisa melihatmu sepanjang hari?” tanya gadis itu tiba-tiba. Kini muka Jieqiong semakin pucat. Tapi, tubuhnya tidak selemas tadi. Kini ia bisa berdiri dengan baik.
“Apa maksudmu?” pemuda berambut hitam itu memegang kedua lengan Jieqiong. Ia menggoncangkan tubuh gadis itu, “Jieqiong! Apa yang terjadi?”
Entah apa yang terjadi, ada lingkaran berwarna hitam yang muncul di kedua mata gadis itu. Irisnya yang semula hitam kini berubah menjadi merah. Gadis itu mengambil sebuah pisau yang entah sejak kapan ada di dalam tasnya.
Melihat benda yang diambil Jieqiong, lelaki itu langsung panik. Ia perlahan-lahan mundur ke belakang.
“Apa yang akan kau lakukan?”
Mingyu bergerak terlambat, gadis itu telah berhasil menusuk dada kirinya. Tepat mengenai jantung.
Salah satu sudut bibir gadis itu terangkat, “Sekarang, tinggal memenggal kepalanya dan menyimpannya dalam toples kaca,” ucapnya diselingi tawa.
***
Napas gadis berambut panjang itu tidak beraturan. Jantungnya berdegup kencang. Ia memandang sekeliling. Gadis itu mengembuskan napas lega ketika ia menyadari bahwa ia berada di dalam kamarnya.
Ponselnya bergetar. Gadis itu melihat layarnya. Ada pop up pesan di sana.
From: Kim Mingyu
Kita jadi pergi, kan?
FIN
0 komentar:
Post a Comment