Sebelumnya, baca dulu ini, ya.
Eunwoo memandang gadis itu dari jauh. Sudah beberapa bulan
terakhir ini gadis itu mencuri perhatiannya. Yah, ini semua akibat dari kue
yang gadis itu berikan melalui Sejeong. Pertemuan yang membuat Eunwoo dengan
Sejeong menjadi canggung setengah mati—sampai sekarang. Untung saja Sejeong
tidak pernah mengungkitnya, dan keduanya bersama-sama menyetujui bahwa tidak
pernah terjadi apa-apa saat pertemuan itu. Lagipula Sejeong juga tidak enak
dengan Chaeyeon, kalau sampai gadis itu bilang bahwa Eunwoo sebenarnya
menyukainya, bukan Chaeyeon.
Gadis yang ditatap Eunwoo sepertinya sadar kalau ia
diperhatikan, membuat ia menoleh ke arah lelaki itu. Buru-buru Eunwoo langsung
mengalihkan pandangan, dan kembali menatap layar laptopnya, mengurusi
tugas-tugas yang harus ia kerjakan.
“Kau tadi memerhatikan siapa sih?” tanya Mingyu yang entah
sejak kapan ada di sebelahnya.
“Hah?” Eunwoo seperti tertangkap basah, lelaki itu langsung
menggelengkan kepalanya. “Aku tidak memerhatikan siapapun.”
“Benarkah?” tanya Mingyu menggoda.
Eunwoo hanya mengangguk, sambil menatap laptopnya. Pura-pura
asyik mengerjakan tugas. Padahal sih, Eunwoo sama sekali tidak bisa fokus.
Pikirannya melayang ke mana-mana. Teringat beberapa hari lalu ia berpapasan
dengan Chaeyeon, dan gadis itu tersenyum dengan manisnya.
Sialan. Kenapa sih Eunwoo tidak menyadari sosok Chaeyeon
dari dulu saja?
Kenapa baru sekarang?
Yah, bagaimana ya. Dulu di mata Eunwoo, Chaeyeon hanya
menjadi bayang-bayang Sejeong. Maksudnya, Eunwoo hanya melihat gadis itu sebagai
teman gadis yang ia sukai, tidak lebih. Tapi semua itu langsung berubah setelah
pemberian roti itu.
Euwnoo jadi lebih penasaran dengan Chaeyeon. Lelaki itu jadi
sering memerhatikan Chaeyeon dari jauh, mencari tahu dia berada di jurusan apa,
ikut organisasi apa, kesukaannya apa, jadwalnya bagaimana, dan banyak hal.
Semakin banyak yang ia tahu tentang Chaeyeon, membuat lelaki itu semakin
tertarik, atau Eunwoo sudah jatuh cinta?
Tapi ada satu hal yang membuat Eunwoo bingung. Kenapa
Chaeyeon tidak pernah menanyakan tentang roti itu lagi? Atau jangan-jangan
Chaeyeon sudah tidak menyukainya lagi? Apa kata I love you yang tertulis di roti itu sudah tidak berlaku lagi?
Inikah yang dinamakan cinta datang terlambat?
Ahh, Eunwoo frustasi sendiri. Tanpa sadar, Eunwoo mengacak-ngacak
rambutnya.
“Kau kenapa?”
Bodoh. Kenapa dia tidak bertanya kepada ahlinya?
“Mingyu, aku ingin bertanya sesuatu.”
“Sepertinya kau salah orang. Kau aja frustasi dengan tugas
itu. Apalagi aku?”
“Tidak, tidak. Ini bukan tugas. Yang ini kau pasti tahu.”
Eunwoo berkata dengan yakin, membuat Mingyu menjadi penasaran.
“Apa?”
“Jadi begini, aku menyukai seseorang—Oke, tolong jangan
heboh.” tambah Eunwoo yang melihat
ekspresi kaget Mingyu.
“Wah, Kira-kira siapa ya gadis cantik yang berhasil menarik
perhatian seorang Cha Eunwoo?”
“Diam dulu, belum selesai.”
Mingyu mengangguk, ia langsung membungkam mulutnya.
“Orang itu pernah menyatakan perasaan denganku—lewat
temannya—tapi sekarang gadis itu tidak menunjukkan bahwa ia menyukaiku lagi.
Aku harus bagaimana?”
Mingyu terlihat berpikir.
“Aku menyukainya baru-baru ini. Setelah tahu bahwa dia
menyukaiku. Ehm, kau tahu maksudku kan?”
“Gadis itu sudah punya kekasih mungkin?”
Eunwoo menggeleng. “Kalau sudah, mana mungkin aku menanyakan
ini padamu, Kim Mingyu.”
Mingyu mengangguk-angguk. Ia seolah sangat mengerti
keadaannya, dan terlihat sedang berpikir. Lelaki itu kemudian memberi saran
pada Eunwoo. Saran yang membuat Eunwoo langsung menggelengkan kepalanya. “Kau
gila ya?”
“Lakukan saja, percayalah.” Mingyu terlihat mantap.
***
Eunwoo benar-benar
menuruti saran Mingyu. Pokoknya, jangan sampai gagal. Kalau gagal—tidak, Eunwoo
tidak mau gagal. Ia harus berhasil. Doakan saja semoga Eunwoo berhasil, ya.
Lelaki itu kini berdiri di depan rumah Chaeyeon, setelah
menenangkan diri dan mempersiapkan mental, Eunwoo langsung memencet bel rumah
gadis itu. Sambil menunggu, lelaki itu mengetuk-ngetukkan kakinya ke
tanah—panik.
Pintu terbuka, seorang laki-laki yang sepertinya seumuran
dengannya membukakan pintu. Sepertinya Eunwoo tahu. Ini adalah kembaran
Chaeyeon yang sering disebut-sebut itu. Jung Jaehyun kalau tidak salah, sih.
“Ada perlu apa?” tanya Jaehyun ramah.
“Ada perlu dengan Chaeyeon.”
“Oh, sebentar ya aku panggilkan. Masuk dulu.”
Eunwoo mengangguk, ia tersenyum canggung sambil melangkahkan
kaki memasuki ruang tamu. Saking geroginya, kakinya sampai gemetar. Eunwoo
sekarang jadi memaklumi jika para perempuan yang ingin menyatakan perasaan
padanya bertingkah aneh.
Ternyata begini
rasanya.
Serius, perasaannya lebih tidak karuan dibanding ketika
dengan Sejeong. Mungkin karena dia sudah sering bertemu dengan Sejeong dan
sering mengobrol dengannya? Kalau dengan Chaeyeon kan jarang. Hampir tidak
pernah malah.
“Ada apa ya?” tanya Chaeyeon entah datang darimana. “Eh
duduk dulu,” gadis itu duduk, diikuti dengan Eunwoo yang duduk di depannya.
Eunwoo berdeham. Ia kemudian meletakkan kotak yang sejak
tadi dibawanya di atas meja. “Aku hanya ingin memberikanmu ini. Dibuka
sekarang, ya.”
“Apa ini?” tanya Chaeyeon sembari membuka kotak itu. Ia
terlihat sedikit terkejut melihat isinya.
Tenang, isinya bukan bom atau barang yang aneh-aneh kok.
Isinya adalah kue. Sama seperti Chaeyeon, Eunwoo menggunakan taktik yang sama.
Eunwoo menuliskan sesuatu di atas kuenya itu. Kalian tahu apa tulisannya?
Would you be my
girlfriend?
Yes or Yes?
“Bagaimana?” tanya Eunwoo dengan suara gemetar.
Sialan.
“Bagaimana aku bisa memilih jika hanya ada satu pilihan?”
“Jadi?”
Chaeyeon mengangguk malu-malu.
0 komentar:
Post a Comment