Visualisasi Arka:) |
Elena menyendiri. Ia sedang asyik meminum segelas soda yang baru saja ia ambil. Gadis itu benar-benar menyesal telah datang ke pesta ini. Sendirian.
Iya, Elena memang nekat untuk datang ke prom night sendirian. Harusnya dia tahu, bahwa yang namanya Prom Night pasti akan berpasang-pasangan. Yah, meskipun tidak ada aturan tertulis, tapi acara yang digelar sehari setelah wisuda itu selalu seperti ini tiap tahun. Berpasang-pasangan. Entah siapa yang membuat peraturan sialan ini.
Berhari-hari sebelum acara, orang-orang--yang tidak punya kekasih alias jomblo--berlomba-lomba mencari pasangan. Mereka mengajak teman, atau bahkan adik sendiri--karena tidak ada pilihan lain.
Dan bodohnya, Elena datang ke sini sendirian. Elena harusnya mengikuti saran Anin. Anin bersikeras tidak ikut ke Prom Night, karena tidak memiliki pasangan. Sebenarnya Anin punya pacar. Tapi pacarnya, Si Agra, sedang asyik liburan bersama keluarganya.
Elena mengikuti acara ini bukan tanpa sebab. Tapi, karena ada acara pertemuan di rumahnya. Di mana sang mantan pacar, yang notabene adalah anak dari rekan bisnis Sang Ayah, akan datang. Daripada bertemu mantan, dan mengingat kisah yang ujung-ujungnya akan membuat Elena gagal move on, maka gadis itu memilih untuk pergi ke prom.
Yang nyatanya sama saja mengenaskan karena Elena datang sendiri.
Teman-temannya--oh, atau bahkan hampir semua orang yang ada di sini--memandanginya seolah Elena adalah orang yang aneh dan gila. Ya, saat Elena masuk ke ruangan, semuanya langsung memandangi dan berbisik-bisik. Seolah Elena adalah terduga tersangka yang baru masuk ruang sidang.
"El, sendirian aja?" Sapa Iona.
Elena mengangguk, "Kamu sama siapa?"
Iona menunjuk salah seorang lelaki yang kini tengah mengobrol dengan beberapa orang di dekat panggung.
"Duluan ya, El." Iona yang telah mengambil minuman soda, pergi meninggalkan Elena.
Elena melihat jam tangan. Sudah jam sembilan. Gadis itu mengirim pesan pada adiknya--Viona--menanyakan apakah tamu di rumahnya sudah pulang, dan ternyata belum. Viona juga mengatakan bahwa Elena dicari oleh sang mantan.
Beruntung Elena kabur ke sini. Jadi ia tidak perlu bertemu dengan mantan kekasih. Tapi keberuntungan Elena hanya bertahan sebentar saja, karena sebentar lagi acara dansa akan dimulai dan semua orang yang ada di sini sudah berpasang-pasangan--kecuali Elena.
Sialan.
Elena lebih baik pergi dari sini sebelum musik untuk dansa dipu--
Astaga, terlambat. Musik untuk dansa sudah diputar dan sekarang saatnya untuk menari. Elena tidak mungkin keluar dari aula karena yah, jika ia ingin keluar maka ia harus melewati orang-orang yang tengah berdansa itu.
"Hai," sapa seseorang ketika Elena sedang berpikir bagaimana caranya kabur.
"Oh, hai!"
Lelaki mengenakan jas berwarna hitam tersenyum ke arahnya. Ah, Elena tahu orang ini. Dia adalah mantan kapten tim futsal. Namanya kalau tidak salah--
"Arka," lelaki itu menjulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Elena.
"Elena."
"Yah, aku tahu. Kenapa nggak sama Arsen?"
"Udah putus. Kok kamu tahu Arsen?"
Arka terlihat kaget ketika mendengar jawaban dari Elena.
"Siapa yang nggak tahu Elena Arsen? Pasangan paling terkenal seantero sekolah. Atau mungkin, se-Indonesia?"
Elena tertawa canggung. "Kamu lebay."
"Loh, kamu kan youtuber, El. Subcribermu banyak. Wajar kan kalau terkenal?"
Ah, iya. Kenapa Elena bisa lupa bahwa dirinya pernah--atau mungkin sering?--membuat video bersama Arsen, lalu diunggah ke akunnya. Perbuatan yang sangat Elena sesali, karena sekarang hubungan mereka telah kandas.
Elena sampai tidak ada niat untuk mengurus akun youtubenya lagi, dikarenakan banyak kenangan mengenai dirinya dengan Arsen.
"El, mau dansa?"
Elena mengangguk. Arka menarik Elena ke tengah-tengah, membiarkan keduanya menjadi pusat perhatian.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu datang ke sini sendiri?"
"Tadi baru putus." Arka tertawa canggung.
Mereka berdua hanya diam. Keduanya asyik berdansa. Mengetuk-ngetukkan kaki mereka pada lantai, mengikuti alunan musik yang menguar di seluruh ruangan. Tanpa sadar, salah satu dari mereka jatuh. Jatuh cinta.
0 komentar:
Post a Comment