[Fanfiction] P for Permen Kapas

Related image

Doyoung sebal setengah mati dengan Sejeong. Pasalnya, Sejeong pergi entah ke mana meninggalkan Doyoung berdua dengan anak kecil berumur tiga tahun yang sejak tadi melompat-lompat dan berlari ke sana kemari. Bahkan Doyoung sejak tadi menjadi pusat perhatian ibu-ibu yang berada di taman bermain ini. Tidak heran sih, Doyoung jelas terlihat masih muda, sama sekali belum cocok jika sudah memiliki anak tiga tahun.

“Kak, Kak,” Anna—nama anak kecil itu—menarik-narik lengan baju Doyoung, membuat lelaki itu memandang ke bawah, dan berjongkok.

“Iya? Kau mau apa?” tanya Doyoung seramah mungkin.

Bukannya menjawab, anak kecil itu justru meloncat-loncat dan menunjuk langit.

Hah? Dia mau terbang?

Doyoung bingung harus bagaimana. Ia sama sekali tidak tahu dengan apa yang dimaksud anak kecil ini. Lelaki itu berpikir, berusaha semaksimal mungkin menggunakan otaknya supaya bisa mengerti apa yang dimaksud Anna.

“Balon?” tanya Doyoung asal.

Mungkin saja, langit kan tempat balon terbang. Dan sudah sewajarnya bukan anak kecil menyukai balon?

Tapi tebakannya tidak benar. Ternyata, anak kecil itu menggeleng.

“Lalu apa?” tanya Doyoung lagi.

Anak kecil itu masih menunjuk-nunjuk langit, membuat lelaki itu semakin pusing.

“Kak, aku mau!”

“Mau apa, sayang?”

Dan lagi, anak kecil itu masih menunjuk langit. Oh astaga, yang benar saja. Jika saja ini bukan anak kecil, mungkin Doyoung sudah marah. Lagian, Sejeong—kakak sepupu anak ini, sekaligus kekasih Doyoung—ke mana sih? Katanya mau membeli sesuatu untuk Anna tapi belum juga kembali.

“Kaaaak!” Anna mulai merajuk.

“Si—“ Doyoung hampir mengumpat, untung aja ia berhasil mengontrol mulutnya.

“Bentar ya, tunggu Kak Sejeong.”

Astaga, sekarang wajah Anna langsung berubah drastis. Dan ia sepertinya akan menangis, dan—
Benar.

Anna menangis sekencang-kencangnya, sambil memukuli pundak Doyoung. Doyoung sendiri menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung. Ia sama sekali tidak tahu bagaimana cara menghadapi bocah tiga tahun yang sedang menangis dan menginginkan langit. Seandainya saja google bisa membantu. Doyoung pasti tidak akan sepusing ini.

“Anna, sshh,”

BODOH. Bukan begini caranya menenangkan anak kecil yang menangis.  

Doyoung meurutuki dirinya sendiri. Sekarang, ia benar-benar kesal dengan Sejeong. Awas saja nanti kalau nanti dia kembali.

“Anna, lihat! Ada boneka lucu!” Doyoung menunjuk boneka yang terpajang di salah satu toko boneka di sekitar taman. Berusaha mengalihkan perhatian Anna supaya ia tidak menangis lagi, tapi hasilnya nihil.

Doyoung menyisir sekeliling, lalu melihat ayunan. “Anna, ayo main ayunan!”

Bukannya diam, Anna justru menangis lebih kencang. Membuat Doyoung semakin menjadi pusat perhatian. Lelaki itu memandang sekeliling lagi, mencari suatu hal yang kira-kira bisa membuat Anna berhenti menangis.

Tapi ia tidak menemukan apa pun. Yang ia temukan hanya Sejeong yang sedang berjalan menuju ke arahnya—yah, itu justru jauh lebih baik.

“Doyoung! Kau apakan dia?” tanya Sejeong yang tiba-tiba datang dan membawa tiga permen kapas di tangan.

Tangisan Anna berhenti. Ia langsung meloncat-loncat seolah berusaha meraih permen kapas yang dibawa Sejeong. Sejeong menunduk, lalu menyerahkan permen kapas itu.

Gumawo, Kak Sejeong baik! Tidak seperti Kak Doyoung!” Anna mulai memakan permen kapasnya.

“Tadi kenapa?” Sejeong bertanya, lirih. Supaya Anna tidak mendengar.

“Sepertinya dia ingin permen kapas. Tapi—“

“Tapi?”

“Dia menunjuk langit, ya aku mana tahu!”

Sejeong tertawa, “Maksudnya awan. Permen kapas kan mirip awan.”

“Astaga, kenapa dia tidak langsung bilang saja sih kalau mau permen kapas?”

“Namanya juga anak kecil.” Sejeong memberikan permen kapas pada Doyoung, “Nih.”

Doyoung menerimanya.



Fin

0 komentar:

Post a Comment