Yang ingin gue temui?
Dia.
Seseorang yang sudah mengisi masa-masa sekolah menengah atas
gue. Baiklah, gue akui kami sudah bertemu kemarin—tepatnya beberapa hari yang
lalu. Tapi kami tidak sempat berbincang. Kami hanya saling melirik. Saling
menatap, lalu sudah.
Alasan? Karena rindu. Kangen.
Gue kangen sama candaannya dia yang selalu bikin gue ketawa
ngakak. Kangen ngobrol sama dia panjang lebar membahas apa pun.
Sebenernya, waktu acara kemarin, gue berniatan untuk
membonceng dia. Tapi sayangnya, gerakan gue lamban. Saat gue line dia, dianya sudah sampai di lokasi
pertemuan. Baiklah, oke. Mungkin kami bisa berbincang saat di acara.
Tapi nyatanya?
NGGAK SAMA SEKALI.
Kami memang makan bersama. Tapi posisinya jauh dan tidak
satu meja. Dan dia sepertinya asyik berbincang-bincang dengan teman
laki-lakinya—yah, temen gue juga sih.
Saat selesai acara pun, dia langsung pulang. Yah, mungkin
itu bukan waktu yang tepat bagi kami. Bisa jadi aja, ada keajaiban yang terjadi
dan mengantarkan kami berada di kampus yang sama.
Tapi, perlu gue klarifikasi di sini.
Gue sama sekali nggak naksir sama dia. Gue hanya, merasa
nyaman aja. Nggak lebih. Yah, bagaimana sih rasanya jika biasanya setiap hari
bertemu, membicarakan hal yang penting sampai tidak penting. Biasanya tertawa
bersama, mengerjakan tugas bersama, lalu tiba-tiba kebiasaan itu hilang dalam
sekejap?
Tentu saja rindu.
0 komentar:
Post a Comment