Amplop Merah
Oleh
: Ghina Kurnia Oksatianti.
“Ada
amplop merah!” teriakku gembira. Berjingkrak, ketika mendapati kotak surat
berwarna ungu yang selalu kosong terdapat amplop berwarna merah.
Gembira
sekali rasanya, mendapatkan sesuatu yang kuinginkan. Iya, sesuatu yang
kuinginkan. Mungkin, bagi orang lain sebuah amplop di kotak surat merupakan hal
yang biasa. Tapi, tidak bagiku. Sebuah amplop yang mendarat di kotak surat
adalah sebuah keajaiban. Aku memang aneh, disaat orang lain sibuk mengecek e – mail, aku masih saja bertahan untuk
mengecek kotak suratku.
***
Baru
saja menginjakkan kaki di depan gerbang sekolah, semua mata menatapku. Kemudian
mereka berbisik – bisik, menunjuk –
nunjuk, dan setelah melihatku mereka tertawa. Apa sih yang lucu? Aku hanya meloncat
– loncat gembira sembari membawa amplop merah? Apa itu lucu? Sama sekali tidak.
Menurutku itu menyenangkan, kautahu.
“Hai.”
Seseorang menyentuh pundakku. Aku menoleh.
Seseorang
dengan mata berwarna coklat nyaris hitam melemparkan senyum manis. Dia Arini,
sahabatku sejak kecil.
“Amplop
dari siapa?” tanyanya. Matanya memandang amplop merah yang sedang aku bawa.
Aku
langsung tersentak kaget ketika mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan yang sama
sekali tidak terbersit di dalam otakku. Aku harus menjawab apa? Aku tidak tahu
siapa yang memberikannya, meski sudah berjingkrak kegirangan.
“Rain?”
panggilnya pelan sambil mengibaskan tangan mungilnya di depan wajahku.
Mataku
langsung mengerjap, kembali dari pikiranku membayangkan siapa yang mengirimnya.
Tapi, akhirnya aku hanya menggeleng sambil menjawab lirih, “Nggak tahu.”
“Apa
isi amplopnya?”
Isi?
Bodoh! Aku juga belum membukanya. Rain, kalau begini, apa bedanya dapat dan
tidak sebuah surat? Sama saja, kan?
“Jangan
bilang, kalau kamu belum buka amplopnya,” ujarnya Arini melihat ekspresi
bingungku.
Aku
menggeleng lagi, nyengir. Dengan jantung yang berdebar-debar, aku membuka
amplop. Hati – hati. Secarik kertas berwarna merah menyembul kala aku membuka amplop merah yang sejak tadi
kugenggam. secarik kertas itu kutarik, kemudian aku membuka lipatan kertas itu.
Tulisan
latin berderet rapi dalam kertas itu. Dalam sekali lirikan, aku langsung jatuh
cinta pada tulisan itu. Aku mulai membaca tulisan indah si pengirim satu
persatu.
Halo. Rain.kenalkan,
aku Red. Aku hanya bisa mengagumi dari jauh. Terlalu takut aku memunculkan diri
dihadapanmu. Dalam surat ini, aku akan mengakui bahwa aku seorang pengagum
rahasia yang mengagumi dirimu.
“Apa
isinya?” ulang Arini.
Aku
tak mampu menjawab. Terlalu bahagia. Sebuah senyuman tersirat di wajahku. Kata
– katanya dalam surat itu membawaku terbang ke langit. Aku punya pengagum.
Pengagum rahasia! Hatiku bersorak gembira. Tapi, siapa pengagumku?
***
Nyanyian
burung membangunkanku. Aku membuka kelopak mata pelan – pelan. Berjalan gontai
menuju jendela untuk membuka tirai. Terkesiap aku ketika melihat seorang lelaki
sedang memasukkan sebuah amplop ke dalam kotak surat berwarna ungu.
Dengan
rambut yang masih acak – acakkan dan tubuh yang masih terbalut piyama, aku
berlari keluar rumah.
Kekecewaan
menyambutku. Seseorang yang tadi aku lihat sudah tidak ada lagi. Ia sudah
hilang entah kemana.
Kakiku
melangkah pelan menuju kotak surat ungu yang berada di depan rumahku.
Amplop
merah sudah tergeletak manis di dalam kotak surat. Seolah – olah tersenyum
menyambut kedatanganku. Dengan gesit, tulisan latin yang berjejer rapi mulai
aku baca.
Selamat Pagi, Rain. Aku
adalah Red. Orang yang mengirimimu surat kemarin. Aku tidak bisa berkata – kata
manis. Tapi di sini, aku mengakui hal kedua. Aku mencintaimu, Rain. Sejak
pertama kali melihatmu.
Siapa
Red? Aku tidak pernah mengenalnya. Bahkan, sampai sekarang.
Walaupun
umurku sudah tidak muda lagi, ia masih rutin mengirimiku surat. Saat aku
menikah pun ia memberiku amplop merah yang berisi ucapan selamat. Mungkin, aku
tak akan tahu. Dan, tidak akan pernah tahu.
note: cerpen ini diikutkan dalam KF Spesial Jogjakarta
Endingnya bisa jadi asik kok kalau dipanjangin dikiit... Tapi pas kemarin KF halamannya dibatasi yah... Ayooo.. Ocha nulis lagiii...
ReplyDelete*dari pembaca rahasiamu: seorang tante keren*
#laluditimpuk
Endingnya bisa jadi asik kok kalau dipanjangin dikiit... Tapi pas kemarin KF halamannya dibatasi yah... Ayooo.. Ocha nulis lagiii...
ReplyDelete*dari pembaca rahasiamu: seorang tante keren*
#laluditimpuk
Iya kan..iya kan..bakal seru kalau panjangan dikit lagi. Soalnya idenya udah bagus, ceritanya udh bikin penasaran juga. Semangat, Ocha. Bikin tante2mu ini bangga..#halah #edisitantelebay
ReplyDelete