Jari jemariku berhenti menari diatas tuts - tuts piano. Jari - jariku mulai melemas. mungkin karena virus kanker yang telah lama menggerogoti tubuhku. Tubuhku benar - benar terasa lemas. aku terjatuh dari bangku. Sulit sekali rasanya untuk bangkit berdiri. Kakiku benar -benar tak bisa digunakan untuk menopang tubuhku lagi. Kini, aku hanya terbaring lemah dibawah piano merah. Ingin rasanya untuk meminta tolong. Tapi, kepada siapa? kepada siapa aku meminta tolong? Tak ada seorangpun yang tinggal dirumah ini selain aku. Yah, aku hidup sebatang kara tanpa keluarga dengan virus kanker yang bersarang dalam tubuhku. Aku anak satu - satunya. Dan, orangtuaku telah meninggal beberapa tahun yang lalu karena keelakaan. Sanak saudaraku? Entahlah. Aku tak pernah bertemu dengan mereka.Orangtuaku tak meninggalkan apapun. Mereka hanya meninggalkanku dengan rumah sederhana dan piano merah.
Aku hidup dengan menjual buah dan sayur yang ada di kebun belakang rumahku. Aku tak sanggup lagi. Tubuhku terasa lemas. Aku hanya bisa pasrah dan berdo'a kepada Tuhan. mungkin ini adalah saatnya. Saat dimana aku akan membusuk di rumah ini sampai bau busuk akan tercium dari luar dan orang - orang akan menemukanku dalam keadaan tanpa nyawa. Tergeletak dibawah piano merah yang biasa aku mainkan. Aku merasakan malaikat akan datang menjemputku. Pelan - pelan, mataku tertutup. Nafasku mulai melemah. Dan akhirnya, aku menghembuskan nafas terakhir.
Dibawah Piano Merah (All Alone)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment